Sumber: https://images.app.goo.gl/fF5vSvaBHcMVn4aGA
Sebelum mempelajari topik ini, saya mungkin melihat pendidikan sebagai tugas guru untuk "mengisi" pengetahuan peserta didik. Saya pikir pembelajaran adalah proses di mana guru memberikan pengetahuan kepada siswa, dan siswa hanya perlu menerima dan mengingat pengetahuan tersebut.
Namun, setelah membaca karya Ki Hadjar Dewantara, saya menjadi sadar bahwa pendidikan seharusnya lebih dari sekadar memberikan pengetahuan. Ia menekankan pentingnya memahami dan menghormati latar belakang sosio-kultural siswa dan mendorong pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang memungkinkan siswa berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Bagaimana saya berpikir dan bertindak setelah mempelajari subjek ini adalah sebagai berikut:
Saya sekarang lebih menyadari betapa pentingnya memahami latar belakang, budaya, dan pengalaman peserta didik saat merancang pembelajaran. Saya ingin menggunakan pendekatan yang lebih personal untuk setiap peserta didik dengan berkonsentrasi pada kebutuhan dan potensi mereka.
Pembelajaran interaktif memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar, bertukar pendapat, dan belajar dari pengalaman sosial. Itu adalah apa yang saya lebih suka.
Saya berusaha mewujudkan suasana kelas yang inklusif di mana setiap siswa merasa diterima dan dihargai tanpa memandang latar belakang mereka.
Saya menggunakan contoh dan situasi yang terkait dengan konteks sosial dan budaya peserta didik untuk membuat pengalaman belajar lebih nyata dan relevan dengan dunia nyata mereka.
Saya berusaha menerapkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah saya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih kolaboratif, mendorong diskusi dan pertukaran ide, dan mendorong kreativitas dan eksplorasi. Selain itu, saya bekerja lebih dekat dengan orang tua siswa dan komunitas lokal untuk memahami bagaimana pendidikan dapat lebih sesuai dengan realitas sosial dan budaya mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar